Yongki Komaladi Sebut 90 Persen Bahan Sepatu RI Impor, Utamanya China

Sedang Trending 6 bulan yang lalu

Jakarta, CNN Indonesia --

Yongki Komaladi, pemilik brand sepatu lokal Yongki Komaladi, mengungkap 90 persen bahan baku sepatu di Indonesia berasal dari luar negeri atau impor.

Pasalnya, kata dia, bahan baku susah didapatkan jika diproduksi lokal.

"Menurut saya, bahan baku itu salah satu perihal nan susah didapat jika di produksi lokal. Hampir 90 persen memang produk dari luar, utamanya China," ujar Yongki, Rabu (15/5), mengutip CNBC Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan ini dia sampaikan menyusul penutupan pabrik PT Sepatu Bata Tbk di Purwakarta, Jawa Barat pada 30 April silam lantaran terus merugi. Penutupan itu diketahui berkapak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) sedikitnya 233 karyawan.

"Tapi jika mengenai Bata, setahu saya Bata juga impor barang-barang dari seluruh negara nan mereka punya asosiasi sendiri, dari Malaysia, India, Singapura, mereka saling berbagi cerita dan mereka bisa membeli barang-barang dari luar," sambungnya.

Yongki mengungkapkan sejumlah tantangan memang dihadapi industri dasar kaki di Indonesia. Tak hanya bahan baku nan tetap banyak impor, ada juga masalah tenaga kerja dan kebijakan pemerintah.

Menurutnya, cukup alias tidaknya potensial tenaga kerja di Indonesia dibandingkan negara lain juga perlu diamati.

"Dan gimana mengenai kebijakan juga nan kudu dipikirkan, lantaran sekarang ini kita boleh dibilang 70 persen rata-rata produk itu bahan dari luar, tenaga kerjanya pun potensial sebesar apa, apakah seprofesional di negara lain. Hal-hal itu menjadi sesuatu nan kudu mereka pikirkan kembali efisiensi dan segala macamnya," jelas Yongki.

Ia pun mengungkap persoalan di industri dasar kaki tak hanya dialami Bata, namun juga UMKM dasar kaki nan menghadapi banyak tantangan, termasuk bahan baku pasar nan diserbu produk impor. Menurutnya, pemerintah perlu turun tangan membikin izin untuk membantu industri menghadapi tantangan itu.

[Gambas:Video CNN]

"Saya merasa sayang sekali jika UMKM nan sangat mengandalkan jual di lokal, pasti jauh lebih susah lagi dibandingkan Bata. Ini juga menjadi PR kita berbareng bahwa apakah ini industri nan cukup punya kepadatan tenaga kerja nan luar biasa, kudu dipikirkan. Perusahaan besar pasti punya strategi-strategi tertentu," ujar dia lebih lanjut.

Ia menekankan bahwa pentingnya memikirkan berbareng gimana langkah mengatasi kejadian maraknya penutupan pabrik ini, jangan hanya dilihat dari karena alias hasilnya saja, melainkan dipikirkan gimana caranya menyiasati agar kejadian itu tidak terulang pada UMKM.

Yongki memprediksi bahwa kondisi ini ada kemungkinan bersambung ke merek lainnya, tidak hanya Bata. Sebab katanya, saat ini sudah banyak sekali UMKM nan teriak 'tidak sanggup' menjalankan bisnisnya. Mereka merasa tidak terfasilitasi dan didukung oleh pemerintah.

"Contohnya, banyak UMKM nan mau membranding produknya tapi kalah dengan brand-brand dari luar negeri. Kenapa gak difasilitasi masuk ke mal alias dept store. Tidak hanya pameran nan hanya seminggu, tapi dikasih tempat di mal-mal, kan bisa bekerjasama dengan pusat perbelanjaan. Supaya produk lokal sendiri dicintai," ucapnya.

"Saya lihat mal-mal hanya memberikan tempat untuk brand-brand nan ternama, sedangkan UMKM juga padat karya nan mesti didukung. Jadi kudu dipikirkan kesinambungan selama mereka menjadi produksi lokal nan semestinya dicintai dan dikenal ke negara lain," imbuh dia.

Bukan tanpa alasan, perihal itu lantaran dia memandang sendiri banyak brand lokal nan belum terkenal, nan akhirnya tidak bisa melanjutkan produksi lantaran tidak menerima banyak dukungan.

Kendati demikian, Yongki tetap mengingatkan kepada pelaku UMKM untuk merubah pola berpikirnya. Jika sebelumnya berpikir hanya menunggu kesempatan, sekarang mereka kudu berpikir gimana caranya menjemput kesempatan tersebut.

"Jangan hanya nunggu bola, kudu jemput bolanya. Dirubah gimana pola pikir mereka sehari-hari. Mereka kudu punya wadah nan bisa membentuk pribadi mereka berubah dengan keadaan era nan begitu keras dan tidak cukup welcome semua orang bisa masuk," pungkasnya.

(del/agt)

Sumber cnnindonesia.com
cnnindonesia.com