Isu Sertifikasi Dai Mencuat, Istiqlal Yudisium 38 Kader Ulama

Sedang Trending 18 jam yang lalu

JAKARTA – Tema sertifikasi dai kembali mengemuka paska Gus Miftah menjadi sorotan dalam pengajiannya nan dituduh melecehkan sosok pedagang es teh. Sehubungan dengan perihal ini sejatinya program sertifikasi telah melangkah dan membuahkan hasil.

Menteri Agama Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A telah menggagas lembaga Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI) di bawah Badan Pengelola Masjid istiqlal (BPMI). PKUMI didirikan sejak 2021 bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, Kementerian Keuangan RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Kementerian PPPA RI, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Universitas PTIQ Jakarta.

“Alhamdulillah, hari ini kami yudisium 38 Kader Ulama Masjid Istiqlal. Besok tanggal 12 Desember 2024 kami bakal melakukan wisuda dan pengukuhan untuk angkatan pertama sebanyak 38 mahasiswa di Masjid Istiqlal. Pengukuhan bakal dihadiri langsung oleh Manteri Agama RI, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia,” kata Direktur PKUMI Prof. Dr. KH. Ahmad Thib Raya, M.A. 11/12/2024

“Ini adalah produk ustadz nan telah dihasilkan oleh Masjid Istiqlal melalui PKUMI bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, Kementerian Keuangan RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Kementerian PPPA RI, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Universitas PTIQ Jakarta. Produk PKUMI kami harapkan menjadi Kader Ulama Masjid Istiqlal nan jadi role model ustadz Indonesia dan dunia,” tambah Ahmad Thib Raya.

Program PKUMI sepenuhnya dibiayai oleh LPDP dan sudah ada enam Angkatan mahasiswa. Jumlah mahasiswa PKUMI sampai saat ini telah mencapai 500 mahasiswa. Terdapat tiga program nan ditawarkan dalam danasiwa PKUMI, yaitu: Magister pendidikan kader ustadz (S2 PKU), Magister Pendidikan Kader Ulama Perempuan (S2 PKUP) dan Doktor Pendidikan Kader Ulama (S3 PKU). Pendidikan umum (Magister dan Doktor Ilmu Al Quran dan Tafsir) ditempuh di Universitas PTIQ dan pendidikan keulamaan didapatkan di PKUMI.

Selain itu, mahasiswa wajib mengikuti program penguatan kapabilitas menjadi ustadz bertaraf internasional nan merupakan bagian dari kurikulum alias aktivitas akademik. Program diselenggarakan dalam corak short course dengan durasi: 3 (tiga) bulan bagi peserta program Magister dan 6 (enam) bulan bagi peserta program Doktor.

Sampai saat ini, PKUMI telah menjalin kerjasama dengan berbagi Perguruan Tinggi di dunia, baik barat maupun timur tengah. Salah satunya adalah University of California, Riverside di Amerika Serikat dan Universitas Al-Azhar, Cairo di Mesir.

“Profil lulusan PKUMI diharapkan bisa mencetak kader-kader ustadz nan menguasai keilmuan Islam klasik dan kontemporer sehingga dapat menjadi rujukan dalam aspek perilaku dan keilmuan ke-Islam-an bagi masyarakat baik lokal maupun internasional. Pelajari Islam dari akar, jangan langsung pada ranting. Motto kita di PKUMI adalah Moderat Mendunia,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A.

Sertifikasi pendakwah adalah proses pengakuan umum terhadap kompetensi seorang pendakwah, baik dalam aspek keilmuan agama, keahlian komunikasi, maupun pemahaman terhadap konteks sosial dan kebangsaan. Program ini biasanya dilakukan oleh lembaga resmi seperti Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), alias organisasi Islam lainnya.

Sertifikasi pendakwah diharapkan meningkatkan kompetensi dan kualitas dakwah. Memastikan pendakwah mempunyai pemahaman nan betul tentang aliran Islam dan metode dakwah nan efektif. Mendorong moderasi beragama. Sertifikasi dapat menjadi perangkat untuk mempromosikan pendekatan dakwah nan damai, inklusif, dan tidak memecah belah masyarakat. Mengurangi penyebaran mengerti ekstrem. Menghindari penyalahgunaan mimbar dakwah untuk menyebarkan ideologi radikal alias intoleransi. Membangun kepercayaan publik. Dengan adanya sertifikasi, masyarakat dapat lebih percaya kepada pendakwah nan sudah terverifikasi secara keilmuan dan moral.

Sebelumnya, urgensi sertifikasi pendakwah disoroti oleh personil Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Maman Imanul Haq dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Maman meyampaikan kegelisahannya mengenai pentingnya sertifikasi pendakwah kepada Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) pada Rapat Kerja Menag RI, Kepala Badan Penyelenggara Haji (BPH) dan Kapala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

“Saya mau menegaskan kembali nan hari ini sedang viral (kasus Gus Miftah), Kementerian Agama kudu serius soal literasi keagamaan. Baik itu pegawai Kementerian Agama, baik itu seluruh komponen di pendidikan, keagamaan, perpustakaan masjid, terutama para Dai. Saya tadi di Media mengatakan bahwa sertifikasi Dai itu sangat urgen hari ini,” kata Maman.

“Jangan sampai seorang Dai melakukan, apa namanya, penghinaan terhadap seorang tukang es teh dan lain sebagainya. Termasuk juga, kita disuguhi oleh para Dai hanya ngomong soal humorlah, candaan. Tidak ada sama sekali referensi keagamaan, berbasis referensi Quran, Hadist alias nilai-nilai klasik seperti itu. Jadi ini tolong agak serius.”

Selain itu, menyikapi pemunduran diri Utusan Khusus Presiden Gus Miftah. Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa pemerintah bakal segera mencari sosok nan tepat. Sedangkan mengenai usulan sertifikasi bagi ahli dakwah, Kepala Negara menyebut bakal melibatkan beragam pihak untuk memberikan masukan.

“Nanti kita lihat kalangan nan mengerti masalah ini semua, mungkin kelak mereka bakal kasih masukan. Majelis Ulama, kalangan-kalangan dari ormas-ormas keagamaan, dan sebagainya kelak kita minta pendapat dari mereka,” ucapnya.

Navigasi pos

Sumber kabarjatim.com
kabarjatim.com