Harga Minyak Lunglai Ditekan Risiko Penurunan Permintaan

Sedang Trending 8 bulan yang lalu

Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak mentah bumi turun pada perdagangan Kamis (30/5) pagi. Pelemahan terjadi saat pasar menunggu info stok minyak mentah AS terbaru. Selain itu, aktivitas ekonomi AS nan handal membawa akibat kenaikan biaya pinjaman dalam jangka waktu nan lebih lama sehingga berpotensi memberikan pukulan terhadap permintaan.

Dilansir Reuters, nilai Brent berjangka kehilangan 9 sen, alias 0,1 persen, diperdagangkan pada US$83,52 per barel.

Penurunan juga terjadi pada nilai minyak mentah West Texas Intermediate (WIT) AS sebesar 3 sen, alias 0,04 persen, menjadi US$79,19 pada 00.46 GMT.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut sumber pasar nan mengutip nomor American Petroleum Institute (API), persediaan minyak mentah dan bensin AS turun pekan lampau sementara produksi sulingan naik.

Angka API menunjukkan stok minyak mentah turun 6,49 juta barel dalam pekan nan berhujung 24 Mei, kata sumber tersebut, dengan persediaan bensin turun 452 ribu barel, dan sulingan naik 2,045 juta barel.

Hal ini bertentangan dengan proyeksi para analis nan memperkirakan perusahaan-perusahaan daya AS mengeluarkan 1,9 juta barel minyak mentah dari penyimpanannya sembari menimbun 0,4 juta barel sulingan dan 1 juta barel bensin.

"Setiap tanda permintaan nan kuat dalam laporan persediaan mingguan EIA bakal mendukung nilai minyak mentah," kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

Meningkatnya persediaan minyak dunia hingga April lantaran berkurangnya permintaan bahan bakar dapat memperkuat argumen bagi produsen OPEC+, termasuk Rusia, untuk mempertahankan pengurangan pasokan dalam pertemuan pada 2 Juni.

Pasar minyak berada di bawah tekanan baru-baru ini lantaran ekspektasi Bank Sentral AS The Federal Reserve bakal mempertahankan suku kembang lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama.

Aktivitas ekonomi AS terus meningkat dari awal April hingga pertengahan Mei namun perusahaan-perusahaan menjadi semakin pesimis terhadap masa depan.

Survei The Fed mencatat Inflasi meningkat dengan kecepatan nan tidak terlalu tinggi.

Biaya pinjaman nan lebih tinggi condong membatasi biaya dan konsumsi, sehingga berakibat negatif pada permintaan dan nilai minyak mentah.

The Fed diprediksi menurunkan suku bunganya paling sigap pada September, dibandingkan dengan siklus pelonggaran nan diperkirakan dimulai pada Juni oleh pasar pada awal tahun.

[Gambas:Video CNN]

(sfr)

Sumber cnnindonesia.com
cnnindonesia.com