Jakarta, CNN Indonesia --
Rumah atau tempat tinggal adalah kebutuhan primer nan kudu dipikirkan dengan matang, termasuk oleh pekerja.
Cara mendapatkan rumah pun variatif. Ada nan berupaya membeli cash sampai pekerja nan menjadi pejuang angsuran pemilikan rumah (KPR).
Namun, kebutuhan papan ini kadang luput dari ceklis buruh. Entah lantaran nilai tanah dan rumah nan makin mahal alias penghasilan tenaga kerja di Indonesia nan pas-pasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perencana Keuangan OneShildt Consulting Imelda Tarigan menegaskan melirik opsi membeli rumah bisa kapan saja, tidak tergantung pada berapa penghasilan nan dikantongi. Namun, ada setidaknya dua kondisi nan bisa menjadi sinyal untuk Anda membeli rumah, termasuk dengan skema KPR.
Pertama, nilai rumah maksimal dari 60 bulan gaji. Imelda menyebut jika nilai rumah KPR tak melampaui kriteria tersebut, Anda bisa mulai bergerak untuk mengincar tempat tinggal impian.
Kedua, perhatikan angsuran seluruh utang jika mau mengambil KPR. Ia berpesan jangan sampai angsuran tersebut melampaui 30 persen dari penghasilan alias penghasilan bulanan.
"Apakah tenaga kerja bergaji bayaran minimum regional (UMR) bisa beli rumah dengan KPR? Ya, bisa saja, asal sesuai dua kondisi tersebut," ucap Imelda kepada CNNIndonesia.com, Kamis (30/5).
"Lalu, gimana dengan budget untuk biaya hidup dan lain-lain? Upayakan dicukupkan dengan nan 70 persen penghasilan tadi. Kalau enggak cukup, kudu cari tambahan penghasilan," sarannya bagi para pejuang KPR.
Imelda menegaskan perencanaan ini bakal berangkaian erat dengan tujuan finansial keluarga. Ia menyebut penyusunan anggaran sangatlah penting, termasuk jika serius mau membeli rumah.
Sementara itu, Perencana Keuangan PINA Rista Zwestika berpesan bahwa membeli rumah dengan skema KPR adalah keputusan finansial besar nan memerlukan perencanaan matang. Bahkan, dia menilai pekerja dengan UMR Jakarta bakal susah untuk membeli rumah dengan skema ini.
Rista mencoba membikin simulasi KPR bagi pekerja bergaji UMR Jakarta. Patokan kesehatan finansialnya adalah maksimal 30 persen.
Misal, nilai rumah nan mau dicicil Rp300 juta dengan duit muka 10 persen sebesar Rp30 juta. Dengan jangka waktu KPR 15 tahun dan kembang flat 6 persen, Rista menghitung angsuran nan kudu dibayar sekitar Rp2,3 juta per bulan.
"Rasio angsuran terhadap penghasilan (UMR Jakarta) 46,83 persen. Cicilan tersebut melampaui pemisah ideal 30 persen. Artinya, Anda bakal mempunyai sedikit ruang untuk pengeluaran lain," jelasnya.
"Oleh lantaran itu, membeli rumah dengan UMR Jakarta memerlukan perencanaan finansial nan matang. Pastikan Anda mempunyai biaya darurat nan cukup dan siap menghadapi perubahan keuangan," imbuh Rista.
Meski terlihat berat, dia menyebut angan punya rumah bagi pekerja dengan penghasilan pas-pasan bukan perihal mustahil. Rista menyarankan untuk mencoba pengganti dengan mencari KPR berbunga rendah hingga ke wilayah penyangga Jakarta lain nan menawarkan rumah dengan nilai lebih miring.
Rista beranggapan usia ideal untuk memulai angsuran KPR adalah saat mempunyai penghasilan stabil dan cukup. Umumnya, ini terjadi di umur 25 tahun sampai 35 tahun.
"Semakin muda usia saat memulai cicilan, semakin lama jangka waktu KPR nan bisa Anda pilih sehingga cicilannya lebih ringan," tuturnya.
Jika Anda memulai KPR berbareng pasangan dan tengah punya seorang anak, dia berpesan agar ada penyesuaian. Perlu ada pertimbangan dari usia anak dan kebutuhannya hingga style hidup keluarga.
Bersambung ke laman berikutnya...