SEKITARKITA.id – Bupati Kabupaten Bandung Barat (KBB) Jeje Ritchie Ismail menegaskan bahwa ekonomi imajinatif (Ekraf) bukan lagi sektor pelengkap, melainkan motor pertumbuhan baru nan kudu menjadi prioritas pembangunan daerah.
Hal itu disampaikan dalam Rapat Paripurna DPRD KBB di Gedung DPRD pada Senin, 17 November 2025, saat memberikan tanggapan atas Raperda Inisiatif DPRD mengenai Pengembangan Ekonomi Kreatif.
Dalam pidatonya, Bupati Jeje memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada DPRD KBB, khususnya Bapemperda, nan telah menyusun laporan Raperda Ekraf dengan penuh kesungguhan dan visi nan jelas.
Ia menyebut, inisiatif ini mencerminkan kepedulian dan kepekaan DPRD terhadap dinamika sosial-ekonomi masyarakat nan sekarang mulai bergeser pada produktivitas sebagai the new capital.
“Kreativitas hari ini adalah sumber daya baru nan perlu dilindungi, difasilitasi, dan dikembangkan sebagai kekuatan ekonomi masa depan,” tegas Jeje Ritchie.
Dalam penyampaiannya, Bupati Jeje mengungkapkan bahwa Kabupaten Bandung Barat merupakan “tanah subur kreativitas” nan tersebar di beragam wilayah, mulai dari Lembang, Cisarua, Parongpong, Cihampelas, Cililin, Batujajar hingga Gununghalu.
“Berikut beberapa info krusial nan disampaikan, Jumlah Pelaku Ekraf UMKM dan Ekraf kurang lebih 68.000 unit usaha. Pelaku imajinatif terdata unik kurang lebih 14.500 pelaku mencakup 17 subsektor,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Subsektor unggulan ekraf KBB, untuk kuliner – 42,1%, Kriya & Souvenir – 18,4%, Fashion – 12,6%, Musik, Foto, Videografi – 11,2%, sedangkan untuk Aplikasi & Digital Marketing – 4,9%,. DKV dan Ilustrasi – 3,7%.
“Kekuatan wilayah Lembang – Cisarua: wisata kreatif, studio kreatif, seni pertunjukan, Cililin – Cihampelas, kriya bambu dan kayu, kuliner rakyat, Batujajar, musik dan organisasi urban kreatif, Parongpong craft dan ekowisata kreatif,” jelas Jeje.
Meski mempunyai potensi besar, Jeje menilai tetap terdapat sejumlah tantangan nan kudu dibenahi, seperti minimnya creative hub, lemahnya akses modal dan kewenangan kekayaan intelektual (HKI), kebutuhan digitalisasi pemasaran, serta belum adanya pedoman info terintegrasi pelaku Ekraf.
Bupati Jeje menyatakan bahwa Raperda ini sangat relevan untuk memberikan kepastian norma sekaligus arah pembangunan imajinatif di Bandung Barat.
“Regulasi ini diproyeksikan mampu, memberikan kepastian norma bagi pelaku Ekraf, mendorong ekosistem imajinatif berkelanjutan—mulai dari inkubasi usaha, pelatihan, permodalan hingga pemasaran. Memfasilitasi kerjasama multipihak (pemerintah, akademisi, komunitas, bumi usaha),” terang Jeje.
Selain itu, bisa meningkatkan daya saing pelaku imajinatif melalui penemuan & digitalisasi, memetakan subsektor unggulan sesuai karakter wilayah.
Dan bisa mengembangkan creative hub sebagai ruang ekspresi dan produksi dan meningkatkan kontribusi Ekraf terhadap PDRB daerah.
Jeje menyebut bahwa Raperda Ekraf sebagai payung norma wilayah nan bisa menjembatani buahpikiran menjadi produk, karya menjadi nilai tambah, dan produktivitas menjadi kesejahteraan.
Bupati Jeje menegaskan bahwa Pemda KBB menerima dan menyetujui Raperda Inisiatif DPRD untuk dibahas lebih lanjut. Ia berambisi izin ini nantinya betul-betul implementatif, aplikatif, dan berpihak kepada pelaku kreatif.
“Kami sejalan dengan DPRD dan mendukung penuh agar izin ini memberi faedah nyata bagi masyarakat, terutama generasi muda nan menjadi tulang punggung ekonomi kreatif,” ujar Jeje.
“Dengan adanya Raperda ini, Pemerintah Daerah optimistis Bandung Barat dapat membangun ekosistem imajinatif nan kuat, kolaboratif, dan bisa bersaing di tingkat nasional hingga global,” jelas Jeje menandaskan.
Artikel Bupati Jeje Ritchie: Ekraf Jadi Motor Ekonomi Baru KBB, Raperda Siap Jadi Payung Hukumnya pertama kali tampil pada Sekitar Kita.
2 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·