MONEY HONEY
CNN Indonesia
Senin, 06 Mei 2024 12:25 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan batu bara tetap diminati di tengah upaya transisi energi.
Ia mengatakan meski saat ini transisi daya telah digaungkan, tapi tidak ada nan tahu kapan batu bara bakal tergantikan dengan daya hijau.
"Fakta meskipun pemberitaannya banyak nan meninggalkan batu bara, tapi permintaan terus menguat loh," katanya dalam Podcast Money Honey CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendra mengatakan tetap tingginya permintaan batu bara terlihat dari ekspor nan terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Karena itu, dia optimis upaya batu bara tetap menjanjikan.
Meski tak tahu sampai kapan batu bara bakal memperkuat sebelum digantikan dengan daya hijau, dia memastikan kekayaan batu bara Indonesia tetap banyak, apalagi bisa digunakan hingga 500 tahun ke depan.
Hendra mengatakan emisi penambangan batu bara sebenarnya tidak terlalu besar. Pencemaran katanya berasal dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
"Kami dari asosiasi memproduksi batu bara ya, terus batu bara digunakan oleh PLN, pembangkit listrik. Nah, pencemarannya nan banyak orang lihat adalah dari pembangkit listriknya," katanya.
"Jadi poinnya adalah gimana kita mengurangi emisi buangan dari pembangkit listrik, PLN nya," katanya.
Hendra mengatakan transisi daya adalah gimana negara-negara mengurangi ketergantungan terhadap batu bara, khususnya mengurangi emisi karbon. Ia mengatakan transisi daya bisa dilakukan dengan penggunaan daya baru terbarukan dalam aktivitas tambang untuk mengurangi emisi buangan.
Ia mengatakan perusahaan-perusahaan batu bara telah berkomitmen mengurangi emisi secara bertahap.
"Kita sudah menggunakan loh campuran biodiesel, jadi bukan solar lagi, solar nan dicampur, sudah sekarang 40 persen campuran solar itu pakai biodiesel, berfaedah kan kita mengurangi 40 persen emisi dari kendaraan pengangkut batu bara," katanya.
Ia mengatakan kunci agar batu bara bisa digunakan sampai ratusan tahun adalah teknologi carbon capture. Dengan teknologi tu karbon nan keluar alias dihasilkan dari pembangkit bisa ditangkap dan ditanam lagi sehingga emisi nan keluar bisa ditekan.
[Gambas:Video CNN]
(fby, wlm/pta)